v t. e. Hijrah ke Madinah , (bahasa Arab: الهجرة النبوية ) hijrah Rasulullah saw dan sejumlah kaum muslim dari Mekah ke Yatsrib, pada tahun ke-13 kenabian. Alasan utama hijrah kaum muslim ke Yatsrib adalah supresi dan penindasan kaum musyrik Mekah dan baiat 'Aqabah penduduk Yatsrib dengan Nabi saw untuk membela kaum muslim, jika
Setelah selesai dilaksanakannya Baiat Aqabah kedua, dan setelah Islam mendapatkan wilayah yang siap menampung mereka, maka sejak saat itu Rasulullah ﷺ mengizinkan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah. Sebagian dari sahabat mulai mempersiapkan bekalnya, ada juga yang langsung berangkat, dan ada pula yang masih menunggu Rasulullah untuk berangkat bersamanya. Tantangan hijrah sangatlah berat. Para sahabat harus menanggung berbagai macam risiko agar bisa melakukan hijrah. Ada yang meninggalkan sanak keluarganya, hartanya, bahkan ada yang terancam jiwanya. Belum lagi meninggalkan kampung halaman yang sudah pasti sangat berat bagi mereka. Namun, satu persatu kaum Muslimin berhasil melakukan hijrah ke Madinah. Mereka umumnya pergi berkelompok dan dengan sembunyi-sembunyi, meski ada juga yang sedikit dari mereka pergi dengan terang-terangan. Menurut Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, selang dua bulan lebih beberapa hari setelah terlaksananya Baiat Aqabah kedua, akhirnya tidak ada kaum muslimin yang tersisa kecuali Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhuma. Sementara itu, Rasulullah tengah menunggu saat-saat Allah ﷻ mengizinkannya untuk melakukan hijrah. Abu Bakar yang saat itu telah bersiap-siap untuk hijrah diminta Rasulullah untuk ikut menemaninya Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfury, Rahiqul Makhtum, [Wazaratul Auqaf Qatar, 2007], h. 155. Rencana Pembunuhan Setelah mengetahui kepergian para Sahabat Rasulullah ﷺ ke Madinah, kaum kafir Quraisy mengalami kekalutan dan kebingungan. Bayang-bayang besar ada di depan mereka, dan merasa bahwa keberadaannya secara ideologis dan ekonomi sangat terancam sebab mereka tahu betul pengaruh Rasulullah ﷺ terhadap para sahabatnya untuk membela dan memperjuangkan aqidahnya, apalagi jika disertai dengan kekuatan kaum muslimin Madinah yang kini telah bersatu setelah sekian lama dilanda pertikaian antarsuku. Di sisi lain, letak kota Madinah sangat strategis. Kota itu merupakan tempat lalu lalang kafilah dagang dari Yaman ke Syam. Saat itu, penduduk Makkah biasa melakukan perjalanan bisnis ke negeri Syam dengan nilai perdagangan yang sangat tinggi. Dan semua itu sangat tergantung dengan kondisi keamanan di jalur tersebut. Bertitik tolak dari hal itu, para pembesar Quraisy sepakat untuk bermusyawarah membicarakan cara paling efektif untuk menghadapi bahaya tersebut. Akhirnya mereka sepakat, dan mulai mengumpulkan berbagai pembesar dan tokoh kafir Quraisy untuk mengikuti musyawarah. Pada pertemuan itu semua utusan dari suku-suku Quraisy berupaya memadamkan cahaya dakwah yang dibawa Rasulullah ﷺ. Hadir pula dalam pertemuan itu, seorang tua yang mengaku dirinya sebagai orang tua dari Nadj, padahal sebenarnya dia adalah setan yang menyerupai manusia. Setelah berembuk sekian lama, akhirnya mereka sampai pada kesepakatan untuk membunuh Rasulullah ﷺ. Kesepakatan itu diambil setelah Abu Jahal menyempaikan pendapatnya; dengan cara setiap suku mengirimkan seorang pemuda yang gagah perkasa serta dibekali sebilah pedang yang tajam. Kemudian mereka diperintah secara bersama untuk membunuh Rasulullah ﷺ. Pendapat ini yang akhirnya disepakati, dan ternyata dikuatkan oleh orang tua dari Najd tadi Syekh Shafiyurrahman, Rahiqul Makhtum, 2007, h. 155. Ketika kesepakatan membunuh Rasulullah telah diambil, malaikat Jibril segera memberi tahu tentang rencana makar mereka. Dia juga memberitahu bahwa Allah ﷻ telah mengizinkannya melakukan hijrah. Mendengar berita itu, Rasulullah segera menuju rumah Abu Bakar di siang hari yang terik dan pada waktu yang biasanya jarang orang lalu lalang. Sesampainya di rumah Abu Bakar, Rasulullah meminta kepadanya agar tidak ada seorang pun keluarganya yang berada di dalam karena ia akan menerangkan rencana perjalanan hijrahnya. Abu Bakar sangat gembira dengan dipilihnya dia sebagai teman yang mendampingi hijrah Rasulullah. Setelah semua dijelaskan, Rasulullah kembali ke rumahnya, menunggu datangnya malam. Pada saat yang sama, para pembesar Quraisy sudah bersiap-siap untuk melaksanakan rencana mereka. Rencana sudah mereka susun di siang harinya secara matang. Mereka telah memilih 11 orang dari masing-masing suku untuk menunaikan tugas tersebut. Dan tiba saatnya, ketika malam mulai gelap, mereka bergerak dengan mengintai rumah Rasulullah ﷺ. Mereka berniat mengeksekusi Rasulullah kala beliau tidur. Mereka sangat yakin bahwa rencana yang telah disusun matang akan berhasil sesuai harapan. Namun, di balik semua itu, ada Allah ﷻ yang selalu melindungi hamba-Nya dan berbuat sesuai kehendak-Nya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِين Artinya, “Dan ingatlah, ketika orang-orang kafir Quraisy memikirkan tipu daya terhadapmu Muhammad untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya” QS Al-Anfal 30. Pada waktu yang sangat kritis itu, Rasulullah ﷺ memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidurnya dengan menggunakan selimut yang biasa Rasulullah pakai. Setelah itu Rasulullah menerobos kepungan mereka yang saat itu penglihatannya Allah cabut, sehingga tidak bisa melihat perjalanan Rasulullah. Kemudian, pada malam itu juga, Rasulullah berjalan menuju rumah Abu Bakar. Sementara itu para pengepung rumahnya masih menunggu waktu pelaksanaan eksekusi. Dan akhirnya, mereka segera masuk ke rumah dan melihat ada seseorang yang sedang tidur. Mereka mengira bahwa ia adalah Rasulullah ﷺ yang sedang tidur di balik selimutnya. Namun ternyata, yang tidur di tempat itu adalah Ali bin Abi Thalib. Di sisi lain, Abu Bakar meminta putranya, Abdullah, mengamati segala aktivitas dan merekam semua pembicaraan kaum Quraisy di siang hari, lalu melaporkannya setiap petang menjelang. Abu Bakar juga menyuruh budaknya, Amir bin Fahirah untuk menggembalakan kambing dekat Gua Tsur pada siang hari dan mengistirahatkannya pada petang hari agar dirinya dan Rasulullah dapat minum susu dari kambing gembalaan itu. Asma, putrinya, juga diperintahkan oleh Abu Bakar membawakan makanan setiap petang untuk mereka berdua. Kemudian, Rasulullah dan Abu Bakar pergi menuju Gua Tsur untuk tinggal selama beberapa waktu di sana. Abu Bakar mendahului Nabi Muhammad ﷺ masuk ke dalam gua untuk memastikan bahwa di dalam gua tersebut tidak terdapat binatang buas dan ular. Rasulullah dan Abu Bakar selama tiga hari tinggal di dalam gua ini. Abdullah bin Abu Bakar juga ikut menginap bersama mereka untuk melaporkan berbagai peristiwa dan perkembangan yang terjadi di Kota Makkah. Dan Abdullah, sebelum fajar, telah kembali ke Makkah berbaur bersama penduduk seolah-olah dia bermalam di Makkah. Sementara Amir bin Fahirah ditugaskan membawa gembalannya ke daerah sekitar Gua Tsur. Kambing-kambingnya digiring berjalan mengikuti jalan yang dilalui Abdullah ketika meninggalkan gua, agar jejak kaki putra Abu Bakar itu hilang tidak terlacak. Selain itu, dia juga ditugasi membawa sepotong daging untuk Rasulullah dan Abu Bakar. Akhirnya, kaum musyrik mengetahui Rasulullah berhasil keluar dari Makkah. Mereka menyusuri setiap jalanan menuju Madinah. Mereka memeriksa tempat-tempat mencurigakan yang mungkin bisa dijadikan tempat bersembunyi. Sampailah mereka tiba di sekitar Gua Tsur. Rasulullah ﷺ dan sahabatnya mendengar derap kaki mereka. Abu Bakar seketika dilanda rasa takut. Ia berbisik kepada Rasulullah, “Seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah kakinya, pastilah kita akan terlihat oleh mereka.” Untuk menenangkan sahabatnya, Rasulullah bersabda ما ظنك يا أبا بكر باثنين الله ثالثهما Artinya, “Wahai Abu Bakar, bagaimana menurutmu dua orang yang pergi bersama, sedangkan yang ketiganya adalah Allah?” Syekh Said Ramadhan al-Buthi, Fiqhus Sirah Nabawiyah, [Beirut Dar al-Fikr 2019], halaman 149. Allah membutakan mata kaum musyrik sehingga tak seorang pun dari mereka ingin melongokkan kepalanya ke dalam gua. Tak pernah terbesit dalam hati seorang pun dari mereka ingin memeriksa ada apa di dalam gua itu. Begitulah pertolongan Allah ﷻ. Imam al-Bushiri dalam qasidah burdahnya mengatakan وقاية الله أغنت عن مضاعفة من الدروع وعن عال من الأطم Artinya, “Perlindungan Allah tidak membutuhkan berlipatnya baju baja, juga benteng tinggi nan kokoh.” Hikmah di Balik Kisah Hijrah Menurut Syekh al-Buthi, di antara hikmah Rasulullah hijrah secara sembunyi-sembunyi bukan karena khawatir atas keselamatan dirinya atau takut ditangkap musuh sebelum tiba Madinah. Buktinya, setelah Rasulullah menempuh semua rihlah perjalanannya, ketika beristirahat di Gua Tsur, lalu kaum musyrik tiba di sekitar gua tempat mereka bersembunyi, yang seandainya seorang dari mereka melihat ke bawah maka pasti akan melihat Rasulullah, sehingga Abu Bakar dihinggapi rasa takut yang hebat. Rasulullah tetap bersikap tenang dan menenangkan sahabatnya dengan berkata, “Wahai Abu Bakar, menurutmu, apa yang akan terjadi dengan dua orang yang ketiganya adalah Allah?” Padahal, bila Rasulullah hanya mengandalkan semua langkah lahiriah dan kehati-hatiannya dalam proses hijrah itu, beliau pasti juga akan merasa takut dan cemas ketika menghadapi situasi seperti itu. Namun, nyatanya tidak! Syekh al-Buthi, Fiqhus Sirah Nabawiyah, 2019, halaman 152. Dengan demikian, semua langkah Rasulullah dalam perjalanan hijrah adalah tugas penerapan syariat wadhifah tasyriiyyah yang mesti dijalankan. Ketika itu sudah dilaksanakan, Rasulullah tinggal mengaitkan hatinya kepada Allah dan bersandar hanya pada petunjuk dan pertolongan-Nya. Maka, setiap Muslim harus menyadari bahwa mereka dilarang menyandarkan segala sesuatu kecuali kepada Allah, tanpa mengabaikan prinsip kausalitas sebab akibat. Bahkan ternyata, ada Mukjizat paling menonjol dalam perjalanan hijrah Rasulullah, yaitu ketika beliau berhasil keluar dari rumahnya tanpa diketahui kaum musyrik yang sudah mengepung rumah dan berjaga-jaga di setiap sudut. Mukjizat ini menjadi semacam maklumat bagi kaum musyrik di setiap tempat dan waktu bahwa penindasan dan penyiksaan yang dialami Rasulullah dan para sahabat dalam perjuangan membela agama, tidak serta-merta mengindikasikan bahwa Allah menelantarkan mereka dan mereka jauh dari kemenangan. Sama-sekali tidak! Kaum musyrik dan semua musuh Islam jangan merasa senang dulu. Sebab, pertolongan Allah amat dekat dan jalan menuju kemenangan selalu ada, kapan pun dan di mana pun. Sunnatullah, santri sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Peristiwadi Balik Hijrah Rasulullah. Rabu, 20 September 2017 | 11:03 WIB. Hijrah pengertiannya secara etimologis adalah meninggalkan suatu perbuatan, menjauhkan diri dari pergaulan, pindah dari satu tempat ke tempat lain atau meninggalkan suatu daerah menuju daerah lain, misalnya berpindahnya orang Badui (penduduk padang pasir) menuju ke kota Kumpulan Soal Pilihan Ganda Materi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah1. Sebelum Nabi Muhammad SAW. datang ke Madinah nama kota Madinah adalah….a. Makkahb. Yamanc. Yatsribd. Qahirahe. HabasyahJawabanc. Yatsrib2. Sebelum Islam datang ke Madinah, kota ini memiliki dua suku, yaitu….a. Baduy dan Qibtyb. Quraidzah dan Kinanc. Quraisy dan Kilalahd. Aus dan Khazraje. umamah dan KinaahJawaband. Aus dan Khazraj3. Perang yang dilakukan kaum muslimin ketika membuat parit adalah….a. Perang Khandaqb. Perang Jamalc. Perang Uhudd. Perang Hunaine. Perang BadarJawabana. Perang Khandaq4. Nabi Muhammad SAW. melakukan haji terakhir Haji Wada pada tahun….a. 5 Hb. 3 Hc. 7 Hd. 10 He. 11 HJawabanc. 7 H5. Berikut strategi dakwah yang dijalankan Rasullah saw pada periode Madinah, kecualia. Dakwah dengan mendirikan masjidb. Dakwah dengan perjanjian dan bai’atc. Dakwah dengan pemaksaand. Dakwah dengan korespondensi dan utusan dengan raja-rajaJawabanc. Dakwah dengan pemaksaan6. Berikut hikmah di balik peristiwa hijrah ke Madinah, kecualia. Selamatnya Rasulullah SAW dari pembunuhan orang kafirb. Rasulullah dapat mendirikan akidah dan syariahc. Kekalahan agama Islam dan gagalnya mendirikan pusat pemerintahan Islamd. Menyebabkan jatuhnya Mekah dari kekuasaan kaum musrikin setelah Fathu Makkah.Jawabanc. Kekalahan agama Islam dan gagalnya mendirikan pusat pemerintahan Islam7. Kota Madinah terletak di sebelah utara Hijaz, atau 300 mil ± ... sebelah utara kota 445 KmB. 455 KmC. 465 KmD. 475 KmE. 485 KmJawabanE. 485 Km8. Kata Yatsrib menurut kamus Lisanul 'Arab berasal dari tsaraba yang artinya ...A. memujiB. menggembirakanC. memotivasi/menyemangatiD. suka memberi pertolonganE. mencela, mencerca, dan menjelek-jelekkanJawabanE. mencela, mencerca, dan menjelek-jelekkan9. Di Madinah terdapat lima kelompok suku yang saling berperang. Tiga dari suku Yahudi dan dua dari suku Arab. Berikut ini yang bukan merupakan suku yang tinggal di Madinah ...A. Bani NadhirB. Suku QuraisyC. Bani Qainuqa'D. Bani QuraidhahE. Suku Aus dan KhazrajJawabanB. Suku Quraisy10. Suku di Madinah yang menguasai wilayah yang luas dari perkebunan kurma dan menguasai kerajinan tangan adalah suku ...A. AusB. KhazrajC. QuraisyD. YahudiE. BaduwiJawabanD. Yahudi11. Suku di Madinah yang termasuk suku Yahudi adalah ...A. Suku Aus dan KhazrajB. Suku Quraisy, Aus dan KhazrajC. Suku Aus, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahD. Bani Nadhir, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahE. Suku Khazraj, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahJawabanD. Bani Nadhir, Bani Qainuqa', dan Bani Quraidhah12. Suku di Madinah yang termasuk suku Arab adalah ...A. Suku Aus dan KhazrajB. Suku Quraisy, Aus dan KhazrajC. Suku Aus, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahD. Bani Nadhir, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahE. Suku Khazraj, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahJawabanA. Suku Aus dan Khazraj
Adapunjumlah peristiwa-peristiwa penting yang popular pada setiap tahun hijriyah sampai intiqal- nya Rasulullah SAW secara urutan tahun adalah sebanyak 10 tahun sebagai berikut: Tahun Pertama: Pada tahun ini, Nabi SAW membangun masjid dan tempat-tempat tinggal beliau SAW (beliau SAW melakukan pembangunan ini dengan tangan beliau sendiri untuk
Ulasan mengenai perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dan hikmah yang bisa dipetik dari perjalanan mulia tersebut. – Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan kejadian yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab, dalam perjalanan inilah nilai-nilai aqidah umat Islam diperjuangkan dan mulai dirintisnya masyarakat Islam yang berdaulat di kota Madinah. Berikut ini penelusuran lebih lanjut peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW 1. Makna Hijrah Nabi Muhammad SAW Ilustrasi kota Madinah tempo dulu Foto Republika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi hijrah dalam bentuk nominal berarti perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy, Makkah. Sedangkan dalam bentuk verbal, hijrah berarti berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu keselamatan, kebaikan, dan sebagainya. Dalam sudut pandang Islam, hijrah tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan tempat semata, melainkan juga dipahami sebagai perpindahan dari satu situasi yang tidak baik ke situasi yang lebih baik. 2. Kenapa Rasulullah Melakukan Hijrah? Ilustrasi pemandangan kota Makkah pada abad ke 11 Masehi. Foto Ihram Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW didorong oleh beberapa faktor. Pertama, ketiadaan bantuan dan perlindungan dari sanak familinya, yaitu setelah wafatnya Abu Thalib. Kedua, beralihnya tampuk kepemimpinan Bani Hasyim ke tangan Abu Lahab yang sama sekali menolak memberi perlindungan kepada Nabi Muhammad SAW. Ketiga, besarnya tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy terhadap kaum Muslimin. Dan kelima, kesediaan penduduk Madinah untuk menerima Rasulullah SAW dan membantu beliau menyiarkan Islam. 3. Proses Hijrah Nabi Muhammad SAW Gua Tsur Foto Islami Menurut Dr Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya mengenai Hijrah dalam Pandangan Al-Quran, sebelum terjadinya hijrah, Nabi Muhammad SAW telah lebih dahulu mendapat petunjuk dari Allah SWT melalui mimpinya. Imam Muslim mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku melihat dalam tidur bahwa aku berhijrah dari Makkah menuju suatu tempat yang banyak terdapat pohon kurma. Aku mencoba menebak apakah itu Yamamah atau Hajar? Namun, ternyata, itulah Kota Yatsrib.” Shahih Muslim 2272. Menindaklanjuti petunjuk tersebut, Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabatnya untuk segera berhijrah dan dilakukan secara bergelombang, baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Sedangkan Nabi Muhammad SAW akan segera menyusul setelah semua umat Islam berhijrah ke Madinah. Hal ini dilakukan karena Rasulullahi memahami bahwa yang dimusuhi oleh kaum kafir Quraisy adalah diri Beliau dan bukan kaum Muslimin. Kaum Quraisy berusaha menghalangi hijrah Nabi Muhammad SAW dengan menyiapkan strategi penangkapan terhadap Rasulullah SAW. Namun, rencana tersebut telah lebih dahulu diketahui oleh Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pun memutuskan untuk menempuh rute jalan yang berbeda dari jalur yang biasa digunakan penduduk Makkah ketika hendak ke Madinah dan berangkat pada waktu yang tidak biasa, yakni sebelum fajar menyingsing. Perjalanan hijrah Rasulullah diawali dengan mengambil jalur menuju Gua Tsur yang berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Makkah, sedangkan Madinah justru berada di sebelah utara Makkah. Keputusan ini diambil guna mengelabui kafir Quraisy yang berusaha mengejar dan menangkap Nabi Muhammad SAW. Di Gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari. Barulah setelah itu Rasulullah melanjutkan perjalanan hijrahnya menuju Madinah. 4. Hikmah dari Perjalan Hijrah Nabi Muhammad SAW Ilustrasi berdakwah. Foto IB Times Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW sejatinya bukan sekedar perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang memiliki hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik sebagai umatnya. Beberapa pelajaran tersebut adalah sebagai berikut 1. Jika di suatu tempat terjadi kemunkaran dan umat Islam tidak mampu untuk mengubah kemunkaran tersebut, maka hendaknya ia tidak berdiam diri dan segera meninggalkan tempat itu. Namun, bila upaya perbaikan masih bisa diusahakan walaupun sedikit demi sedikit, maka tidak mengapa untuk bertahan di tempat tersebut dan beriktiar menumpas kemunkaran. 2. Selama berlangsungnya hijrah, Rasulullah SAW telah menunjukkan betapa rapinya Beliau dalam merancang dan menjalankan strategi dakwah. Meskipun dakwah ini pasti mendapat pertolongan dari Allah SWT tetapi Rasulullah SAW tetap menjalani semua sunnatullah hukum sebab akibat dalam keberhasilan dakwahnya sebagaimana manusia biasa lainnya. 3. Kegigihan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah terlihat jelas melalui usaha Beliau dalam mencoba berbagai inovasi baru dalam disertai dengan alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya. 4. Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah SAW sangat bertanggung jawab dan memikirkan umatnya. Segala cara Beliau upayakan agar umatnya terhinar dari siksaan dan provokasi pihak lain. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pula yang paling terakhir keluar dari Makkah setelah semua umat Islam selamat dalam hijrahnya menuju Madinah. miftah/harapanamalmulia Sumber Republika, Ihram
Ulasanmengenai perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dan hikmah yang bisa dipetik dari perjalanan mulia tersebut. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan kejadian yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab, dalam perjalanan inilah nilai-nilai aqidah umat Islam diperjuangkan dan mulai dirintisnya masyarakat Islam yang berdaulat di kota Madinah.
Umat Islam di kota Madinah segera menyambut kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, segera setelah perjanjian Aqabah ke-2 dilakukan. Jumlah umat Islam di Madinah yang sudah cukup banyak meningkatkan percaya diri dan optimisme untuk menjadi Anshar, penolong dan pelindung Rasulullah serta para sahabat Muhajirin. Dan Maha Sempurna Allah dengan segala ketetapan takdir-Nya. Dialah yang menyiapkan kondisi Kota Madinah setelah sebelumnya membekali ketangguhan iman dan mental umat Islam dengan kondisi Mekah yang sulit dan mengancam nyawa. Dialah pula yang menentukan waktu yang tepat bagi Rasul-Nya dan umat Islam untuk memulai fase madani. Allah izinkan Nabi dan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib, Madinah al-Munawwarah. Semua para sahabat yang mampu untuk hijrah, maka wajib bagi mereka berhijrah. Yang lemah dan yang kuat, yang miskin dan yang kaya, laki-laki maupun wanita, dari kalangan merdeka atau hamba sahaya, semua menyambut perintah Allah Ta’ala. “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, kepada mereka malaikat bertanya “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka menjawab “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri Mekah”. Para malaikat berkata “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan untuk hijrah, mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya sebelum sampai ke tempat yang dituju, maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. An-Nisa 97-100 Hijrah Tak Sekedar Pindah Saat ini, sebagian umat Islam, ketika mendengar kata hijrah atau peristiwa hijrah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari Mekah ke Madinah, menganggapnya sebagai suatu perpindahan biasa, layaknya migrasi penduduk dengan segala kerepotannya. Padahal tidaklah semudah itu. Ini adalah perjuangan yang besar. Bentuk perlawanan terhadap kaum musyrikin Mekah bahkan Jazirah Arab secara umum. Kehilangan nyawa sebuah resiko yang begitu terpapar di depan mata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Hijrah bukanlah melarikan diri. Hijrah adalah persiapan membekali diri untuk kehidupan akhirat. Karena itulah, Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik surga. Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat surga yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.” QS. Al-Hajj 58-59. Ditambah lagi, Nabi shallallahu alaihi wa sallambarulah berhijrah tatkala semua sahabatnya telah berangkat menuju Madinah. Hal ini semakin menguatkan bahwa hijrah bukanlah bentuk melarikan diri. Nabi shallallahu alaihi wa sallam jauh lebih mementingkan keselamatan dan keamanan umatnya dibanding keselamatan dirinya. Inilah jiwa seorang pemimpin. Seorang nahkoda bukanlah orang yang pertama meninggalkan kapal saat ia akan karam. Ia akan menjadi yang terakhir keluar setelah memastikan awak dan penumpangnya selamat terlebih dahulu. Tidaklah tersisa di Mekah kecuali Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib sebagai orang-orang yang paling akhir menempuh perjalanan. Ada beberapa hal yang bisa dicermati dari peristiwa hijrah Pertama, hijrahnya umat Islam secara menyeluruh terjadi setelah pintu dakwah sudah tertutup di Mekah. Hijrah ke Madinah bukanlah hijrah yang pertama dialami umat Islam. Sebelumnya sebagian sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menempuh dua kali hijrah ke negeri Habasyah. Kesempatan untuk berdakwah di Mekah begitu kecil atau bahkan tertutup. Mengapa tertutup? Karena orang-orang kafir Quraisy berencana untuk membunuh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam setelah wafatnya paman beliau, Abu Thalib, tiga tahun sebelum hijrah. Saat itulah, strategi hijrah mulai disusun oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sejak mula, dakwah di Mekah memang sudah sulit. Namun Allah Ta’ala tidak memerintahkan Rasul-Nya untuk berhijrah. Hingga akhirnya pintu tersebut mulai dirasa begitu rapat, barulah Allah perintahkan Rasul-Nya dan umat Islam untuk berhijrah. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran yang begitu mendalam, ketika pintu dakwah masih terbuka walaupun dirasa sulit, maka kita hendaknya berusaha mengajak orang-orang kepada kebenaran. Kedua, saat seluruh umat Islam melakukan hijrah, maka Madinah yang dipilih menjadi tujuan bukan Habasyah. Kota tujuan hijrah bisa saja bukan Kota Madinah jika Bani Syaiban atau Bani Hanifah atau Bani Amir beriman. Namun Allah Ta’ala menginginkan Madinah seabgai tempat hijrah Nabi-Nya. Kultur masyarakat Madinah yang merupakan bangsa Arab, tidak jauh berbeda dengan masyarakat Mekah sehingga para sahabat tidak begitu kesulitan untuk beradaptasi. Jaminan keamanan di Madinah pun lebih besar dibandingkan di Habasyah. Di Habasyah, hanya An-Najasyi yang beriman, jika ia wafat, maka keselamatan kaum muslimin kembali terancam. Selain itu, terbentuknya negara Islam lebih besar peluangnya di Madinah dibanding Habasyah. Ketiga, umat Islam diperintahkan menuju tempat yang sama untuk berhijrah. Dalam syariat hijrah kali ini. Komunitas umat Islam Mekah diperintahkan menuju daerah yang satu bukan dibebaskan menuju daerah manapun yang mereka inginkan. Banyak sekali faidah dari hal ini. Di antaranya kebersamaan dan kekeluargaan tetap terjaga. Keselataman lebih terpelihara dibandikan satu orang menuju satu negeri lainnya. Lebih mudah beradaptasi. Keimanan juga terjaga dengan berkumpulnya mereka dengan orang-orang beriman lainnya. Dll. [IslamPos]
Keduanyaturut serta berhijrah ke Habasyah ketika musyrikin Mekah sudah sangat keterlaluan dalam menyiksa dan menyakiti orang-orang yang beriman. Di Habasyah, pasangan yang mulia ini dianugerahi seorang putra yang dinamai Abdullah. Ruqayyah dan Utsman juga turut serta dalam hijrah yang kedua dari Mekah menuju Madinah.Jakarta - Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Kota Madinah menjadi momentum penting dalam sejarah Islam. Setelah 13 tahun dari diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rasul oleh Allah, semua umat Islam yang tinggal di Makkah melakukan hijrah ke hijrah ini didasari oleh kehidupan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin lainnya di Makkah yang mendapat berbagai ancaman dan boikot dari kafir Quraisy. Dikisahkan dalam majalah Gema Departemen Agama terbitan Departemen Agama RI, beberapa kali kaum kafir Quraisy juga sempat berusaha membunuh Nabi, tetapi selalu gagal. Bahkan terdapat sayembara yang menyatakan bahwa barang siapa di antara mereka yang dapat membunuh Rasulullah SAW, akan diberi hadiah berupa 100 ekor SWT pun kemudian memberikan perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk memindahkan poros dakwahnya ke Kota Madinah. Awalnya, hijrah dilakukan dengan keberangkatan sahabat Nabi dan keluarganya terlebih dahulu. Lalu, Nabi Muhammad mengajak satu sahabatnya, Abu Bakar, untuk menemaninya hijrah menuju Madinah. Peristiwa hijrah tersebut selain menjadi awal dari penyebaran agama Islam ke seluruh penjuru dunia, juga mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil umat Islam. Dalam artikel ini akan dijelaskan dua hikmah dibalik peristiwa hijrahnya Nabi beserta sahabatnya Dibalik Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAWMerangkum dari beberapa sumber, berikut ini adalah dua hikmah dibalik peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW yang patut dipelajari umat Pertanda Permulaan Berkembangnya Agama IslamSalah satu hikmah besar dari peristiwa hijrahnya Nabi dan kaum muslimin yaitu menjadi pertanda permulaan berkembangnya agama Islam. Sebelum hijrah, Nabi Muhammad SAW beserta kaum muslimin mengalami penindasan yang sangat berat dari kafir dilarang untuk beribadah, dijauhi dari masyarakat, bahkan disiksa secara fisik. Namun, setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya disambut dengan hangat oleh penduduknya sehingga berhasil menyebarkan dakwah hijrahnya Nabi Muhammad SAW juga menjadi pertanda didirikannya masjid pertama sebagai tempat pusat kegiatan peribadatan dan kemasyarakatan kaum muslimin, yaitu Masjid itu, Abdullah Gymnastiar dalam bukunya yang berjudul Hijrah juga menuliskan beberapa hikmah agung dari peristiwa hijrahnya Nabi, di antaranya yaitu menjadi pertanda dimulainya penanggalan Islam, munculnya percontohan sebuah negara Islam, hadirnya konstitusi pertama sebuah negara berupa Piagam Madinah, dan momentum persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum dalam piagam Madinah juga dijelaskan bahwa umat muslim dan non-muslim memiliki hak yang sama dalam kebebasan beragama dan kebebasan lainnya. Konstitusi ini pun menjadi dasar bagi negara Islam yang demokratis dan menghargai keberagaman. Di sinilah awal permulaan berkembangnya agama Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah SWTHikmah kedua dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW yaitu pelajaran dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Hijrah adalah peristiwa besar yang sangat menuntut keberanian dan kepercayaan kepada Allah buku 1001 Fakta Dahsyat Mukjizat Kota Makkah karya Asima Nur Salsabila, dijelaskan bahwa peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW mengharuskan Nabi dan umat muslimin lainnya untuk meninggalkan segala hal yang disenanginya, mulai dari harta benda, keluarga, kawan, maupun tempat itu dilakukan demi mempertahankan kebenaran dan agama yang diridhai oleh Allah SWT. Oleh karena itu, peristiwa hijrah menjadi momentum bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah meneladani peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW, umat Islam diingatkan akan pentingnya keimanan dan ketaqwaan dalam menghadapi segala cobaan dalam hidup. Tak hanya itu, hijrah juga menunjukkan bahwa Allah SWT akan selalu bersama dengan orang yang beriman dan bertawakal hikmah di balik peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Kota Madinah. Semoga dengan mengetahui hikmah dari peristiwa hijrah ini dapat mengajarkan umat muslim untuk selalu mengandalkan Allah SWT dalam segala aspek Video "Didoakan Netizen Segera Hijrah, Dewi Perssik Butuh Proses" [GambasVideo 20detik] lus/lus
SawKe Madinah Proses hijrah nabi Muhammad Saw ke Madinah menjadi peristiwa penting bagi umat Islam. Banyak hikmah yang terkandung dalam proses hijrah nabi Muhammad Saw ke Madinah. Berikut proses hijrah nabi Muhammad Saw ke Madinah. Umat Islam di Mekkah mayoritas telah hijrah ke Madinah, kecuali Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya
Sejak Rasullullah Saw dan para sahabat melakukan dakwah secara terang-terangan, terjadilah penganiayaan, ancaman dan tekanan dari kaum kafir Mekah. Sehingga beliau mencari perlindungan dan jaminan keamanan ke luar Mekah. Situasi dan kondisi Mekah semakin sulit untuk berdakwah dan tak ada jaminan keamanan diri. Rasulullah Saw memerintahkan para sahabat untuk berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Thaif dan terakhir ke penyebab hijrahnya Rasulullah dan para sahabat1. Cobaan dan TekananPerkataan Bilal ketika sedang berada dalam hijrahnya di Madinah. Ia berdoa, "Ya Allah, laknatilah Syaibah Ibn Rabi'ah, Utbah Ibn Rabi'ah, dan Umayyah ibn Khalaf karena mereka telah mengusir kami dari negeri yang penuh dengan penyakit.."Keterangan Aisyah tentang beberapa penyebab hijrah ayahandanya, Abu Bakar ke Madinah. Ia mengatakan, "Rasulullah mengizinkan Abu Bakar untuk keluar dari Mekah ketika tekanan dan penindasan kepadanya semakin keras."Faktor itu pula yang menyebabkan Abu Bakar dan kaum muslim hijrah ke Habasyah. Hal ini tersirat dari perkataan Aisyah "Ketika kaum muslim sering ditimpa berbagai cobaan, Abu Bakar keluar dari Mekah menuju Habasyah..."2. Adanya Jaminan Keamanan Bagi Kelangsungan Dakwah IslamFaktor ini dapat dipahami dari beberapa pasal Baiat Aqabah II yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Jabir. 3. Pendustaan Kaum Quraisy terhadap Muhammad dan AjarannyaPara pembesar Quraisy dan kaumnya selalu mendustakan Rasulullah dan memaksa beliau mendakwahkan ajarannya kepada kaum muslim yang mau mempercayainya. Misalnya Sa'ad ibn Mua'adz melukiskan fakta ini dengan berkata, "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui, tidak ada satu orang pun yang tak ingin berjuang melawan orang-orang yang mendustakan dan mengusir Rasul-Mu."4. Kekhawatiran akan Terjadinya Petaka bagi AgamaHal ini terlihat jelas pada jawaban Aisyah ketika ditanya tentang hijrah. Ia berkata, "Kaum beriman lari dengan membawa agamanya kepada Allah dan rasul-Nya karena takut terjadi bencana terhadap Diizinkannya Kaum Muslim untuk BerperangHal ini disebutkan oleh Ibnu Ishaq. Ia mengatakan bahwa firman Allah, "Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi..."QS. Al Hajj 39-41 adalah ayat pertama yang diturunkan untuk mengizinkan kaum muslim melawan orang-orang yang memerangi mereka. Pendapat ini diikuti oleh Ibnu Abbas dan para ulama lain. Peperangan yang dilakukan kaum muslim hanya untuk mencari ridho Allah semata. Itu sebabnya mereka rela dan siap menanggung penderitaan fisik maupun mental dan meninggalkan sanak saudara, keluarga dan negeri yang pertama hijrah ke Madinah menurut penuturan Al Bukhari, adalah Mush'ab ibn Umair dan Abdullah ibn Ummi Maktum. Sedangkan menurut Ibnu Ishaq dan Ibnu Sa'ad, orang yang pertama berhijrah ke Madinah adalah Abu Salamah ibn Abdil Asad. Namun demikian, Ibnu Hajar mengatakan bahwa kedua hadis tersebut dapat diselaraskan maknanya atas dasar prioritas atau nilai dari maksud hijrah kedua sahabat tersebut. Abu Salamah hijrah ke Madinah bukan bertujuan untuk menetap di sana, sedangkan Mush'ab melakukannya untuk menetap dalam rangka melaksanakan amanah dari Rasulullah untuk mengajar kaum muslim Madinah tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ajaran hijrah Rasulullah dan para sahabat ke Madinah1. Rasulullah Saw menegaskan dalam khutbahnya saat penaklukan Mekah tidak akan ada lagi perintah hijrah. Adapun yang tetap diwajibkan dari perintah itu adalah semangat perjuangan jihad dan niatnya. Artinya hijrah dari Mekah ke Madinah sudah tidak lagi diwajibkan dan yang masih wajib dari hijrah ini sampai hari Kiamat kelak hanya spiritnya, yaitu berpindah dari negara kafir ke negara kaum muslim. Pasalnya gak diwajibkan hijrah ke Madinah pada kaum muslim Mekah saat itu agar mereka dapat beribadah kepada Allah dengan aman, membangun dan memelihara negara Islam yang berdaulat kemudian memperluas wilayah negara baru ini dengan berdakwah. Hijrah setelah fath Mekah sudah tidak diperlukan lagi karena kekuatan Islam telah kokoh. Disamping itu kaum muslim telah memiliki negara sendiri yang memungkinkan mereka untuk beribadah dengan aman dan bebas menjalankan dakwah ke seluruh penjuru Rasulullah Saw tetap menggunakan beragam cara, siasat dan upaya yang muncul dari pemikiran akalnya untuk memperlancar pelaksanaan dakwah. Namun bukan semata-mata karena takut tertangkap kaum musyrik. Semua itu beliau lakukan untuk memberi contoh pada umatnya yakni berikhtiar dan melakukan berbagai cara yang diperlukan untuk meraih tujuan atau keberhasilan. Dari sini beliau juga ingin mengajarkan bahwa sunnatullah menetapkan terjadinya sesuatu karena adanya upaya atau ikhtiar. Lain halnya bila Allah telah menghendaki. Dalam hal ini sesuatu bisa terjadi tanpa melalui upaya manusia seperti ketika api yang membakar Ibrahim dirasakan dingin saja oleh beliau. Yang demikian merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada para nabinya. 3. Kesediaan Ali ibn Abi Thalib untuk tidur di pembaringan Rasulullah pada malam beliau hijrah tak lain merupakan suatu tindakan luhur yang membuktikan besarnya keimanan dan keberaniannya. Peristiwa ini juga mengisyaratkan kaum muslim diperbolehkan melakukan tipu daya terhadap musuh sebagai bentuk ikhtiar dan menyelamatkan Tercatat nama beberapa anak muda yang berperan penting dalam pelaksanaan hijrah Rasulullah ini. Mereka adalah Ali ibn Abi Thalib dan putri-putri Abu Bakar Peran-peran seperti inilah yang layak diteladani generasi muda Islam saat Karakter dari beberapa mukjizat yang dianugerahkan Allah kepada RasulNya untuk melindungi dan mengiringi perjalanan hijrah beliau saat itu masih seperti mukjizat beliau lainnya, yaitu sebagai penghormatan Allah kepada NabiNya. Di sisi lain, sejumlah mukjizat juga mengisyaratkan bahwa Allah adalah penolong beliau dan Zat yang memenangkan agamaNya di muka bumi ini cepat atau Peran yang dijalankan Abu Bakar dalam hijrah merupakan jasa besar yang sangat dihargai oleh Allah. Maka dari itu wajar jika Allah memuliakannya dalam firmanNya, " Jikalau tidak menolongnya Muhammad maka sesungguhnya Allah telah menolongnya. Yaitu orang-orang kafir musrikin Mekah mengeluarkannya dari Mekah, sedang dia salah satu dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, "Janganlah berdukacita, sesungguhnya Allah bersama kita".QS. At Taubah 407. Abu Ayub dan istrinya selalu berusaha mendapatkan berkah dari sisa makanan Rasulullah. Disisi lain Rasulullah tak melarang keduanya. Fakta ini mengisyaratkan kepada kita untuk mencari berkah dari sisa-sisa atau peninggalan-peninggalan Rasullullah apabila masih Seluruh sikap dan perlakuan Abu Ayyub dan Ummu Ayyub terhadap Rasulullah merupakan gambaran besarnya cinta para sahabat kepada beliau. Fenomena seperti ini sangat banyak dijumpai dalam biografi para sahabat.[]Sumber Biografi Rasulullah, Dr. Mahdi Rizkullah AhmadOleh Nanik Farida Priatmaja
UoBni.